Krisis
utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia
dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki utang yang lebih besar dari
GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara lebih besar
dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru
dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF
akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk
Yunani, €85 milyar untuk Irlandia, dan €78 milyar untuk Portugal. Kemudian
kekhawatiran akan terjadinya krisis pun berhenti sejenak. Efek dari krisis
Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok
besar-besaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.
Krisis
keuangan Eropa telah mengancam perekonomian dunia. Krisis yang menakutkan dunia
itu berakar pada kegagalan zona euro untuk memperbaiki perbankan. Gejolak zona
euro sebagai salah satu faktor asing yang telah membantu memperlambat
perekonomian dunia. Sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh
kembali dari krisis 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua tantangan
yang dihadapi sistem perbankan mereka. Salah satu faktor penting Krisis Eropa
adalah faktor krisis utang di negara Yunani.
Saat ini sedang
diperparah dengan apa yang terjadi di Yunani. Jadi mereka akan melalui krisis
keuangan yang menakutkan dunia. Dan, mereka berusaha untuk mengambil tindakan
yang bertanggung jawab, namun tindakan tersebut tidak cukup secepat yang mereka
perlukan. Saham Eropa dan AS naik pada Senin dengan spekulasi dana bail out
lebih ambisius untuk zona euro dan default (gagal bayar) teratur Yunani
meskipun kurangnya rincian dan penolakan oleh pejabat terus membuat perdagangan
bergejolak. Namun, Jerman menembak jatuh langkah untuk meningkatkan dana
penyelamatan utang Eropa, dan Yunani merana tanpa tanggal untuk kembalinya
auditor yang memblokir pinjaman yang mereka butuhkan untuk menghindari default.
Krisis
utang Eropa yang terus berlanjut hingga ke Italia dan Spanyol dampaknya
terhadap perekonomian Indonesia lebih mengkhawatirkan dibandingkan krisis utang
Amerika Serikat terhadap Indonesia. Merembetnya krisis utang ke Italia dan
Spanyol lebih disebabkan kurang seriusnya otoritas Eropa menyelesaikan
permasalahan tersebut. Hal ini ini terlihat dari penanganan krisis Yunani yang
penyelesaiannya tidak konkret, sehingga membuat Yunani tetap negatif dalam
menyelesaikan permasalahan utangnya.
Dengan
demikian jika krisis membesar, maka investor akan mengeluarkan dananya dari
negara-negara Eropa ke negara lain. Jika pemain pasar terus menghentikan
investasinya termasuk ke aset negara-negara emerging market, penularannya juga
akan sampai ke Indonesia. Selain itu dampak yang lebih terlihat akibat krisis
keuangan eropa adalah harga unit link di Asuransi menurun. Para investor yang
mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham, reksadana dan unit link
mengalami banyak kerugian.
Selain dampak dalam sektor keuangan, krisis keuangan global
juga mempengaruhi sektor riil di Indonesia dan, sudah terasa sampai rakyat
bawah Indonesia. Misalnya :
- Ekspor
barang-barang kerajinan di Yogyakarta ke Amerika berkurang kapasitasnya,
dampaknya para buruh pekerja di Industri kerajinan berkurang atau
kehilangan lapangan pekerjaannya.
- Harga
barang-barang bekas / rosokan juga menurun tajam, sehingga pendapatan
pengepul dan pemulung barang bekas juga merosot tajam.
- Ekspor
gaplek/singkong kering dari GunungKidul ke Amerika merosot, mempengaruhi
nasib petani di GunungKidul
Selain
itu, krisis ekonomi eropa itu mengakibatkan banyaknya pengangguran dan
kurangnya lapangan kerja tingginya angka pengangguran merupakan salah satu
dampak dari krisis finansial dan strategi penghematan ekonomi yang diterapkan
petinggi Eropa. Seluruh negara yang dilanda krisis di Eropa menghadapi masalah
pengangguran yang serius. Bedanya hanya terletak pada tingkat pengangguran yang
tak sama. Sementara itu, rata-rata pengangguran di Uni Eropa berdasarkan
laporan lembaga statistik organisasi ini sekitar 10,8 persen. Angka ini tercatat
paling tinggi sejak dua dekade lalu. Menurut data ini, sekitat 23 juta orang di
27 negara anggota Uni Eropa menganggur dan 17 juta di antaranya berada di Zona
Euro. Kebijakan penghematan ekonomi yang diterapkan pemerintah mendorong resesi
ekonomi dan kebangkrutan perusahaan serta akhirnya menambah jumlah pengangguran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar