Sabtu, 14 November 2015

Dampak Krisis Ekonomi Eropa Terhadap Rakyat Kecil Di Indonesia

Krisis utang Eropa berasal dari Yunani, yang kemudian merembet ke Irlandia dan Portugal. Ketiga negara tersebut memiliki utang yang lebih besar dari GDP-nya, dan juga sempat mengalami defisit (pengeluaran negara lebih besar dari GDP). Krisis mulai terasa pada akhir tahun 2009, dan semakin seru dibicarakan pada pertengahan tahun 2010. Pada tanggal 2 Mei 2010, IMF akhirnya menyetujui paket bail out (pinjaman) sebesar €110 milyar untuk Yunani, €85 milyar untuk Irlandia, dan €78 milyar untuk Portugal. Kemudian kekhawatiran akan terjadinya krisis pun berhenti sejenak. Efek dari krisis Eropa ini cukup berdampak kepada IHSG, yang ketika itu anjlok besar-besaran dari posisi 2,971 ke posisi 2,514.
            Krisis keuangan Eropa telah mengancam perekonomian dunia. Krisis yang menakutkan dunia itu berakar pada kegagalan zona euro untuk memperbaiki perbankan. Gejolak zona euro sebagai salah satu faktor asing yang telah membantu memperlambat perekonomian dunia. Sebenarnya perekonomian Eropa belum sepenuhnya sembuh kembali dari krisis 2007 dan tidak pernah sepenuhnya menangani semua tantangan yang dihadapi sistem perbankan mereka. Salah satu faktor penting Krisis Eropa adalah faktor krisis utang di negara Yunani.
Saat ini sedang diperparah dengan apa yang terjadi di Yunani. Jadi mereka akan melalui krisis keuangan yang menakutkan dunia. Dan, mereka berusaha untuk mengambil tindakan yang bertanggung jawab, namun tindakan tersebut tidak cukup secepat yang mereka perlukan. Saham Eropa dan AS naik pada Senin dengan spekulasi dana bail out lebih ambisius untuk zona euro dan default (gagal bayar) teratur Yunani meskipun kurangnya rincian dan penolakan oleh pejabat terus membuat perdagangan bergejolak. Namun, Jerman menembak jatuh langkah untuk meningkatkan dana penyelamatan utang Eropa, dan Yunani merana tanpa tanggal untuk kembalinya auditor yang memblokir pinjaman yang mereka butuhkan untuk menghindari default.
Krisis utang Eropa yang terus berlanjut hingga ke Italia dan Spanyol dampaknya terhadap perekonomian Indonesia lebih mengkhawatirkan dibandingkan krisis utang Amerika Serikat terhadap Indonesia. Merembetnya krisis utang ke Italia dan Spanyol lebih disebabkan kurang seriusnya otoritas Eropa menyelesaikan permasalahan tersebut. Hal ini ini terlihat dari penanganan krisis Yunani yang penyelesaiannya tidak konkret, sehingga membuat Yunani tetap negatif dalam menyelesaikan permasalahan utangnya.
Dengan demikian jika krisis membesar, maka investor akan mengeluarkan dananya dari negara-negara Eropa ke negara lain. Jika pemain pasar terus menghentikan investasinya termasuk ke aset negara-negara emerging market, penularannya juga akan sampai ke Indonesia. Selain itu dampak yang lebih terlihat akibat krisis keuangan eropa adalah harga unit link di Asuransi menurun. Para investor yang mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham, reksadana dan unit link mengalami banyak kerugian.
Selain dampak dalam sektor keuangan, krisis keuangan global juga mempengaruhi sektor riil di Indonesia dan, sudah terasa sampai rakyat bawah Indonesia. Misalnya :
  • Ekspor barang-barang kerajinan di Yogyakarta ke Amerika berkurang kapasitasnya, dampaknya para buruh pekerja di Industri kerajinan berkurang atau kehilangan lapangan pekerjaannya.
  • Harga barang-barang bekas / rosokan juga menurun tajam, sehingga pendapatan pengepul dan pemulung barang bekas juga merosot tajam.
  • Ekspor gaplek/singkong kering dari GunungKidul ke Amerika merosot, mempengaruhi nasib petani di GunungKidul

Selain itu, krisis ekonomi eropa itu mengakibatkan banyaknya pengangguran dan kurangnya lapangan kerja tingginya angka pengangguran merupakan salah satu dampak dari krisis finansial dan strategi penghematan ekonomi yang diterapkan petinggi Eropa. Seluruh negara yang dilanda krisis di Eropa menghadapi masalah pengangguran yang serius. Bedanya hanya terletak pada tingkat pengangguran yang tak sama. Sementara itu, rata-rata pengangguran di Uni Eropa berdasarkan laporan lembaga statistik organisasi ini sekitar 10,8 persen. Angka ini tercatat paling tinggi sejak dua dekade lalu. Menurut data ini, sekitat 23 juta orang di 27 negara anggota Uni Eropa menganggur dan 17 juta di antaranya berada di Zona Euro. Kebijakan penghematan ekonomi yang diterapkan pemerintah mendorong resesi ekonomi dan kebangkrutan perusahaan serta akhirnya menambah jumlah pengangguran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar