Puji dan syukur saya ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur atas berkat rezeki dan
kesehatan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat mengumpulkan bahan –
bahan materi makalah ini dari internet. Saya telah berusaha semampu saya untuk
mengumpulkan berbagai macam bahan tentang sosial politik.
Saya sadar bahwa makalah yang saya
buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu saya mohon bantuan dari dosen pembimbing.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan merupakan alternative bacaan yang berguna bagi pembaca lainnya.
Kepada sumber yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini penulis
mengucapkan terima kasih.
Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan
dalam penulisan, saya mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya saya
mengucapkan terima kasih.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………... .............................................. 1
DAFTAR ISI……………………………….. .............................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………. .............................................. 3
a. Latar Belakang................................................................................. 3
b. Rumusan Masalah............................................................................ 4
c. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
d. Manfaat Penulisan........................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 6
a.
Konsep Kepemimpinan Tranformasional...................................... 6
b.
Kepemimpinan Transformasional di Era Reformasi...................... 8
c.
Kelebihan dan Kelemahan Kepemimpinan Transformasinal......... 10
BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 13
a. Kesimpulan..................................................................................... 13
b. Saran.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Di
lingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun nonformal selalu ada
seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan
lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan
untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itulah disebut pemimpin
atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul istilah kepemimpinan
setelah melalui proses yang panjang.
Masalah
kepemimpinan sama tuanya dengan sejarah manusia. Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia
karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Apakah
orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas dan
fungsinya tanpa adanya pimpinan? Pimpinan diperlukan, sedikitnya terdapat empat
macam alasan yaitu;
a.
Karena banyak orang memerlukan figure pemimpin
b.
Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil
mewakili kelompoknya
c.
Sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi
tekanan terhadap kelompoknya
d.
Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan
Namun,
di dalam pemahaman sehari-hari seringkai terjadi tumpang tindih antara pengguna
istilah pemimpin dan manajer. Dalam praktek, seseorang yang seharusnya
menjalankan fungsi kepemimpinan lebih tampil sebagai seorang manager, namum ada
pula seseorang yang memiliki posisi sebagai seorang manager kenyataanya
menunjukan kemampuan sebagai pemimpin.
Pendekatan
dan penelitian tentang kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya istilah
pemimpin dan kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, kepemimpinan pada
ahakikatnya adalah :
a.
Proses mempengaruhi atau member contoh dari pemimpin
kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b.
Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara
kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang semangat dalam mencapai
tujuan bersama.
c.
Kemampuan untuk mempengaruhi, member inspirasi dan
mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang di
harapkan.
d.
Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi
tertentu.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
antara lain sebagai berikut:
a.
Konsep dan definisi Kepemimpinan Tranformasional
b.
Kepemimpinan Tranformasional di Era Reformasi
c.
Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasional
1.3
TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan
dari Latar belakang dan Rumusan masalah diatas sebagai berikut:
a.
Mengetahui konsep dan definsi dari Kepemimpinan
b.
Mengetahui Kepemimpinan Tranformasional di Era
Reformasi
c.
Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan tranformasional
1.4 MANFAAT PENULISAN
Hasil
dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
manajemen pelayanan publik . Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah
dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam
pembuatan makalah selanjutnya bagi mahasiswa yang membutuhkannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL
Diantara
teori kepemimpinan yang unggul adalah teori kepemimpinan transformasional.
Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan
usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau
anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan
organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.
Seorang
pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi,
mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki
acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional
akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar
kepentingan pribadinya. Sedangkan menurut Yukl kepemimpinan transformasional
dapat dilihat dari tingginya komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga
melihat tujuan organisasi yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan
pribadinya.
Kepemimpinan
transformasional secara khusus berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass
menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang
pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:
1)
Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan
mereka dari beberapa perspektif baru.
2)
Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.
3)
Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang
lebih tinggi.
4)
Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya
masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.
Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Devanna dan Tichy karakteristik dari pemimpin
transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya
sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko, percaya
pada orang-orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan untuk
mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang pemimpin
yang visioner.
kepemimpinan
transformasional (transformational leadership) istilah transformasional
berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah
sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transgformasional
harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam
rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah
ditentukan. Sumber daya dimaksud bias berupa SDM, Fasilitas, dana, dan factor
eksternal organisasi. Dilembaga sekolah SDM yang dimaksud dapat berupa
pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, kepala sekolah, dan siswa.
Konsep awal
tentang kepemimpinan transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana
pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang
lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari
para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai
moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi
kemanusiaan, keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.
2.2 KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI ERA
REFORMASI
Kepemimpinan transformasional
merupakan sebuah proses di mana para pemimpin dan pengikut saling menaikkan
diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin
transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan menyerukan cita-cita
yang lebih tinggi dan nilai-niali moral seperti kemerdekaan, keadilan dan
kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti keserakahan, kecemburuan atau
kebencian. Kepemimpinan transformasional berkaitan dengan nilai-nilai yang
relevan bagi proses pertukaran (perubahan), seperti kejujuran, keadilan dan
tanggung jawab yang justru nilai seperti ini hal yang sangat sulit ditemui di
Indonesia.
S.J.
Woro Astuti dalam tulisannya “Meluruskan Demokrasi Lokal, Menggagas
Kepemimpinan Daerah yang Ideal di Era Pilkada Langsung” mengungkapkan
pernyataan Weber bahwa ada dua syarat yang harus dipenuhi agar demokrasi
berjalan efektif. Pertama, adanya partai yang memiliki kepentingan dan
pandangan berbeda. Jika partai-partai yang bersaing itu mirip satu sama lain maka
masyarakat tidak akan bisa menggunakan hak pilihnya secara efektif. Kedua,
harus ada pemimpin politis yang memiliki imajinasi dan semangat untuk mengatasi
birokrasi yang menjemukan.
Itulah
peran penting kepemimpinan dalam demokrasi. Namun kepemimpinan ini bukanlah
pemimpin model orde lama dan orde baru yang sama-sama otoritarian dan
menggunakan birokrasi sebagai alat mempertahankan kekuasaan. Kalaupun ada
pelaksanaan fungsi kepemimpinan, tidak lebih dari tipe kepemimpinan
transaksional, yang mana kepemimpinan ini dijalankan hanya melalui reward andpunishment,
sangat pragmatis, dan tidak memikirkan kepentingan rakyat yang lebih besar.
Namun
pada kenyataannya, nilai-nilai kedua orde itu masih banyak mewarnai upaya
penegakan demokrasi di era reformasi ini. Kuatnya dimensi patronase dapat
dilihat dari pemilihan menteri-menteri kabinet yang bukan karena keahlian atau
kecapakannya tetapi karena dia memiliki patron politik. Demikian juga di
daerah, pemilihan sekretaris daerah, kepala-kepala dinas dan pejabat struktural
lainnya lebih banyak didasarkan pada pertimbangan politik. Begitu pula DPRD,
tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat melainkan mengabdi pada
kepentingan politik yang ada.
Untuk
itu diperlukan tipe kepemimpinan transformasional dimana relasi yang dijalin
antara pemimpin dan pengikut tidak semata-mata didasarkan pada reward and punishment melainkan lebih menekankan kepada
peningkatan hubungan pemimpin dan pengikut, baik secara moral maupun motivasi
timbal balik. Pemimpin model ini selalu berupaya mendorong pengikutnya untuk
melepaskan kepentingan pribadinya, untuk kemudian secara bersama-sama menuju
pencapaian visi kelompok yang lebih besar. Pemimpin ini selalu berusaha
memperhatikan kebutuhan rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat dan memberi pengaruh
idealisme sebagai teladan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Prasyarat
pertama untuk menjadi pemimpin transformasional adalah mengakui kebutuhan untuk
melakukan perubahan, kemudian diikuti dengan penciptaan sebuah visi dan
pelembagaan perubahan secara konsisten. Untuk itu pula pemimpin
transformasional adalah seseorang yang memiliki keberanian menerima resiko
dengan memulai perubahan bahkan perubahan yang paling fundamental sekalipun.
Pemimpin yang memiliki dimensi transformasional ini dapat mengembangkan
kreativitas dan inovasinya, jika kepadanya tidak diletakkan ‘beban’ berupa
‘hutang budi’ yang besar terhadap para konstitiuen dan para pendukungnya.
Syarat
berikutnya untuk menjadi pemimpin transformasional ini adalah masalah
efektifitas. Menjadi pemimpin yang efektif tidak tergantung pada gendernya,
tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: (1) pemilihan dan
penempatan pemimpin; yaitu disesuaikan dengan gaya kepemimpinan yang
dimilikinya, (2) pendidikan kepemimpinan; dengan menekankan agar pemimpin
menampilkan sifat-sifat yang dikehendaki daam kadar yang lebih tinggi, (3)
pemberian imbalan pada prestasi pemimpin dan bawahan, (4) teknik pengelolaan
organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan, (5) membangun kolaborasi, dan
(5) pemanfaatan teknologi.
2.3 KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Dalam tinjauan
keilmuan, saat ini masih sulit untuk menentukan siapa, kapan, dan bagaimana
ilmu tentang kepemimpinan itu muncul, dalam setiap peradaban yang muncul
didunia selalu didahului dengan lahirnya tokoh pemimpin yang membangun
peradaban tersebut. Dalam ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan
memiliki sebuah sejarah yang bisa dirunut sebagai berikut : Teori Harapan 1957
– Teori Kepemimpinan yang Motivasional 1960an – Teori Kepemimpinan yang Efektif
1970an – Teori Gaya Kepemimpinan Humanistik 1980an – Gaya Kepemimpinan
transformasional dan transaksional 1990-sekarang.
Para pengembang teori
kepemimpinan mengidentifikasi pendekatan transformasional sebagai pendekatan
kepemimpinan abad ke 21. Dalam konteks tersebut kepemimpinan transformasional
digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf;
mengkomunikasikan suatu visi dan implementasinya; memberikan kepuasan dalam
bekerja; dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien. Kepemimpinan
transformasional adalah sebuah sebuah proses yang ada pada para pemimpin dan
pengikut untuk saling menaikan motivasi moralitas dan motivasi yang lebih
tinggi (Burns 1978).
Kepemimpinan transformasional
juga sering diartikan sebagai sebuah proses kepemimpinan dimana para pemimpin
menciptakan kesuksesan pada bawahannya dengan menampilkan lima perilaku
(visioner, menginspirasi, merangsang bawahan, melatih bawahan, membangun tim
secara signifikan lebih dari kebanyakan manajer (Boehenke et al.1999) Bass dan
Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat
dimensi yang disebutnya sebagai “The Four I’s”:
·
Perilaku pemimpin yang membuat
para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
·
Pemimpin transformasional
digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang
jelas terhadap prestasi bawahan (Motivasi-inspirasi)
·
Pemimpin transformasional harus
mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).
·
Pemimpin transformasional
digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh
perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan
kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).
Kelebihan
dari kepemimpinan transformasional :
§ Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
§ Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
§ Mampu memberdayakan potensi karyawan
§ Meningkatkan hubungan interpersonal
Kekurangan dari kepemimpinan
transaksional :
§ Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
§ Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
§ Membutuhkan pehatian pada detail
§ Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak
Dalam menerapkan suatu model
kepemimpinan maka perlu di perhatikan :
·
Tingkat keterampilan dan
pengalaman tim anda.
·
Pekerjaan yang dilakukan (rutin
atau baru dan kreatif)
·
Lingkungan organisasional (stabil
atau berubah radikal, konservatif atau penuh petualangan)
·
Gaya alami pilihan anda.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam kepemimpinan
transformasional, peran seorang pemimpin yang utama adalah sebagai katalis bagi
perubahan yang akan dilaksanakan, artinya pemimpin berperan meningkatkan sumber
daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat
dan daya kerja yang tinggi bagi anggota, tetapi tidak bertindak sebagai
pengawas perubahan, yang lebih penting lagi adalah tuntutan untuk memiliki visi
yang kuat.
Tingkat kepercayaan
yang rendah merupakan refleksi dari perilaku kepemimpinan yang dipersepsikan
oleh anggota dari pemimpin yang kurang memiliki kecakapan dalam menjalankan perannya.
Indikasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) perilaku pemimpin
yang terlalu mengawasi (over control) dan terlibat sampai hal kecil
(micro-manager), (2) perilaku pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal yang dapat
dikontrol dan jangka pendek (concrete), dan (3) perilaku pemimpin yang sangat
berhati-hati, ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak menyukai perubahan
(risk averse). Perilaku tersebut dianggap sebagai penghambat. Tingkat
kepercayaan yang rendah dari perilaku kepemimpinan yang over control menjadikan
anggota bekerja kurang leluasa dan tentu saja akan bersifat kontra-produktif
serta berdampak pada demotivasi sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi.
Kepemimpinan
transformasional secara khusus menekankan pada pendekatan secara rasional dan
emosional untuk memotivasi anggotanya, dengan harapan dapat menciptakan
komitmen dari anggota dibandingkan dengan loyalitas yang hanya didasarkan
intensitas. Pemimpin yang transformasional yang efektif akan menunjukkan sifat
sebagai berikut: (1) melihat diri sebagai agen perubahan, (2) pengambil resiko
yang berhati-hati, (3) memiliki kepercayaan kepada anggota dan peka terhadap
kebutuhannya, (4) mampu membimbing, (5) fleksibel dan terbuka terhadap
pengalaman, (6) memiliki kemampuan kognitif, disiplin, dan mampu menganalisis
masalah secara berhati-hati, dan (7) memiliki visi.
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
a. Kharisma
Kepemimpinan
kharismatik diakui oleh sejumlah ahli menjadi nilai penting bagi kepemimpinan
transformasional. Dalam kondisi perubahan lingkungan yang dinamis dengan
turbulensi tinggi dan sulit untuk diprediksi (unpredictable), seorang pemimpin
harus mampu memberikan sifat-sifat kharismatik dalam mengkomunikasikan visi dan
misi organisasi. Kharisma merupakan daya kekuatan memotivasi pengikut dalam
menjalankan kegiatan organisasi. Pemimpin yang memiliki kharisma akan lebih
mudah mempengaruhi pengikut agar bertindak sesuai dengan yang diharapkan untuk
keberhasilan suatu organisasi. Pemimpin kharismatik mampu membangkitkan emosi-emosi
yang kuat. Pemimpin diidentifikasi untuk dijadikan panutan oleh pengikut,
dipercaya, dihormati, dan memiliki tujuan yang jelas. Memiliki integritas
terhadap kesesuaian antara exposed values dan enacted values. Nilai-nilai yang
diungkapkan lewat kata-kata.
b.
Inspirasional
Pemimpin yang
inspirasional didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang mampu
mengkomunikasikan suatu visi yang menarik dan berwawasan ke depan. Pemimpin
transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan jalan mengkomunikasikan
harapan dan tantangan kerja secara jelas, serta mengekspresikan tujuan-tujuan
penting, dengan membangkitkan antusiasme dan optimisme pada anggota.
c. Stimulasi
Intelektual
Melalui stimulasi
intelektual, pemimpin berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembang
inovasi dan kreativitas. Mampu mendorong pengikutnya untuk memunculkan ide-ide
baru dan solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi.
d. Perhatian individual
Pemimpin
transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu
untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku penasehat.
Berinteraksi dan berkomunikasi secara individual dengan anggota. Tugas yang
didelegasikan akan dipantau untuk memastikan arahan tambahan dan untuk menilai
kemajuan yang dicapai.
3.2 PENUTUP
Dalam penulisan ini
penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama pada dosen mata
pelajaran, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak
terdapat kekurangan dan kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang
tidak retak’. Oleh karena saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan
penulis dalam menulis makalah selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
http://herube.wordpress.com/2010/02/11/kepemimpinan-transformasional-dalam-reformasi/ (di akses tanggal 9 januari 2013)
http://muharamtuhalal.wordpress.com/2011/12/05/kepemimpinan-transformasional/ (diakses tanggal 8 januari 2013)
http://www.majalahpendidikan.com/2011/04/pengertian-kepemimpinan.html (di akses tanggal 8 januari 2013)
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar