Kamis, 10 Januari 2013

MAKALAH Kepemimpinan Transformasional di Era Reformasi


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet. Saya telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan berbagai macam bahan tentang sosial politik.
Saya sadar bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu saya mohon bantuan dari dosen pembimbing.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan merupakan alternative bacaan yang berguna bagi pembaca lainnya. Kepada sumber yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih.
Demikianlah makalah ini saya buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan, saya mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih.


Surakarta, Januari 2013
              Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………... .............................................. 1
DAFTAR ISI……………………………….. .............................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN…………………. .............................................. 3
a. Latar Belakang................................................................................. 3
b. Rumusan Masalah............................................................................ 4
c. Tujuan Penulisan.............................................................................. 5
d. Manfaat Penulisan........................................................................... 5
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................... 6
a.    Konsep Kepemimpinan Tranformasional...................................... 6
b.   Kepemimpinan Transformasional di Era Reformasi...................... 8
c.    Kelebihan dan Kelemahan Kepemimpinan Transformasinal......... 10
BAB 3 PENUTUP......................................................................................... 13
a. Kesimpulan..................................................................................... 13
b. Saran.............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 16
  
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              LATAR BELAKANG
Di lingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun nonformal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itulah disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul istilah kepemimpinan setelah melalui proses yang panjang.
Masalah kepemimpinan sama tuanya dengan sejarah manusia. Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia karena adanya keterbatasan dan kelebihan tertentu pada manusia. Apakah orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya tanpa adanya pimpinan? Pimpinan diperlukan, sedikitnya terdapat empat macam alasan yaitu;
a.       Karena banyak orang memerlukan figure pemimpin
b.      Dalam beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya
c.       Sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya
d.      Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan
Namun, di dalam pemahaman sehari-hari seringkai terjadi tumpang tindih antara pengguna istilah pemimpin dan manajer. Dalam praktek, seseorang yang seharusnya menjalankan fungsi kepemimpinan lebih tampil sebagai seorang manager, namum ada pula seseorang yang memiliki posisi sebagai seorang manager kenyataanya menunjukan kemampuan sebagai pemimpin.
Pendekatan dan penelitian tentang kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya istilah pemimpin dan kepemimpinan tersebut. Oleh karena itu, kepemimpinan pada ahakikatnya adalah :
a.       Proses mempengaruhi atau member contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
b.      Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerjasama yang semangat dalam mencapai tujuan bersama.
c.       Kemampuan untuk mempengaruhi, member inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang di harapkan.
d.      Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu.
1.2              RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain sebagai berikut:
a.       Konsep dan definisi Kepemimpinan Tranformasional
b.      Kepemimpinan Tranformasional di Era Reformasi
c.       Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasional



1.3              TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari Latar belakang dan Rumusan masalah diatas sebagai berikut:

a.       Mengetahui konsep dan definsi dari Kepemimpinan
b.      Mengetahui Kepemimpinan Tranformasional di Era Reformasi
c.       Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kepemimpinan tranformasional
1.4       MANFAAT PENULISAN
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam manajemen pelayanan publik . Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan didalam pembuatan makalah selanjutnya bagi mahasiswa yang membutuhkannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1       KONSEP KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL
Diantara teori kepemimpinan yang unggul adalah teori kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi, tanpa merasa ditekan atau tertekan.
Seorang pemimpin dikatakan bergaya transformasional apabila dapat mengubah situasi, mengubah apa yang biasa dilakukan, bicara tentang tujuan yang luhur, memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan. Pemimpin yang transformasional akan membuat bawahan melihat bahwa tujuan yang mau dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya. Sedangkan menurut Yukl kepemimpinan transformasional dapat dilihat dari tingginya komitmen, motivasi dan kepercayaan bawahan sehingga melihat tujuan organisasi yang ingin dicapai lebih dari sekedar kepentingan pribadinya.
Kepemimpinan transformasional secara khusus berhubungan dengan gagasan perbaikan. Bass menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional akan tampak apabila seorang pemimpin itu mempunyai kemampuan untuk:
1) Menstimulasi semangat para kolega dan pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari beberapa perspektif baru.
2) Menurunkan visi dan misi kepada tim dan organisasinya.
3) Mengembangkan kolega dan pengikutnya pada tingkat kemampuan dan potensial yang lebih tinggi.
4) Memotivasi kolega dan pengikutnya untuk melihat pada kepentingannya masing-masing, sehingga dapat bermanfaat bagi kepentingan organisasinya.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Devanna dan Tichy karakteristik dari pemimpin transformasional dapat dilihat dari cara pemimpin mengidentifikasikan dirinya sebagai agen perubahan, mendorong keberanian dan pengambilan resiko, percaya pada orang-orang, sebagai pembelajar seumur hidup, memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian, juga seorang pemimpin yang visioner.
kepemimpinan transformasional (transformational leadership) istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasilkan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Seorang pemimpin transgformasional harus mampu mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target yang telah ditentukan. Sumber daya dimaksud bias berupa SDM, Fasilitas, dana, dan factor eksternal organisasi. Dilembaga sekolah SDM yang dimaksud dapat berupa pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, kepala sekolah, dan siswa.
Konsep awal tentang kepemimpinan transformasional ini dikemukakan oleh Burn yang menjelaskan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses di mana pimpinan dan para bawahannya untuk mencapai tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menentukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan, dan bukan didasarkan atas emosi kemanusiaan, keserakahan,kecemburuan, atau kebencian.

            2.2       KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI ERA REFORMASI
Kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses di mana para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Para pemimpin transformasional mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-niali moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi seperti keserakahan, kecemburuan atau kebencian. Kepemimpinan transformasional berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses pertukaran (perubahan), seperti kejujuran, keadilan dan tanggung jawab yang justru nilai seperti ini hal yang sangat sulit ditemui di Indonesia.
S.J. Woro Astuti dalam tulisannya “Meluruskan Demokrasi Lokal, Menggagas Kepemimpinan Daerah yang Ideal di Era Pilkada Langsung” mengungkapkan pernyataan Weber bahwa ada dua syarat yang harus dipenuhi agar demokrasi berjalan efektif. Pertama, adanya partai yang memiliki kepentingan dan pandangan berbeda. Jika partai-partai yang bersaing itu mirip satu sama lain maka masyarakat tidak akan bisa menggunakan hak pilihnya secara efektif. Kedua, harus ada pemimpin politis yang memiliki imajinasi dan semangat untuk mengatasi birokrasi yang menjemukan.
Itulah peran penting kepemimpinan dalam demokrasi. Namun kepemimpinan ini bukanlah pemimpin model orde lama dan orde baru yang sama-sama otoritarian dan menggunakan birokrasi sebagai alat mempertahankan kekuasaan. Kalaupun ada pelaksanaan fungsi kepemimpinan, tidak lebih dari tipe kepemimpinan transaksional, yang mana kepemimpinan ini dijalankan hanya melalui reward andpunishment, sangat pragmatis, dan tidak memikirkan kepentingan rakyat yang lebih besar.
Namun pada kenyataannya, nilai-nilai kedua orde itu masih banyak mewarnai upaya penegakan demokrasi di era reformasi ini. Kuatnya dimensi patronase dapat dilihat dari pemilihan menteri-menteri kabinet yang bukan karena keahlian atau kecapakannya tetapi karena dia memiliki patron politik. Demikian juga di daerah, pemilihan sekretaris daerah, kepala-kepala dinas dan pejabat struktural lainnya lebih banyak didasarkan pada pertimbangan politik. Begitu pula DPRD, tidak berorientasi pada kepentingan masyarakat melainkan mengabdi pada kepentingan politik yang ada.
Untuk itu diperlukan tipe kepemimpinan transformasional dimana relasi yang dijalin antara pemimpin dan pengikut tidak semata-mata didasarkan pada reward and punishment melainkan lebih menekankan kepada peningkatan hubungan pemimpin dan pengikut, baik secara moral maupun motivasi timbal balik. Pemimpin model ini selalu berupaya mendorong pengikutnya untuk melepaskan kepentingan pribadinya, untuk kemudian secara bersama-sama menuju pencapaian visi kelompok yang lebih besar. Pemimpin ini selalu berusaha memperhatikan kebutuhan rakyatnya, selalu dekat dengan rakyat dan memberi pengaruh idealisme sebagai teladan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Prasyarat pertama untuk menjadi pemimpin transformasional adalah mengakui kebutuhan untuk melakukan perubahan, kemudian diikuti dengan penciptaan sebuah visi dan pelembagaan perubahan secara konsisten. Untuk itu pula pemimpin transformasional adalah seseorang yang memiliki keberanian menerima resiko dengan memulai perubahan bahkan perubahan yang paling fundamental sekalipun. Pemimpin yang memiliki dimensi transformasional ini dapat mengembangkan kreativitas dan inovasinya, jika kepadanya tidak diletakkan ‘beban’ berupa ‘hutang budi’ yang besar terhadap para konstitiuen dan para pendukungnya.
Syarat berikutnya untuk menjadi pemimpin transformasional ini adalah masalah efektifitas. Menjadi pemimpin yang efektif tidak tergantung pada gendernya, tetapi ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: (1) pemilihan dan penempatan pemimpin; yaitu disesuaikan dengan gaya kepemimpinan yang dimilikinya, (2) pendidikan kepemimpinan; dengan menekankan agar pemimpin menampilkan sifat-sifat yang dikehendaki daam kadar yang lebih tinggi, (3) pemberian imbalan pada prestasi pemimpin dan bawahan, (4) teknik pengelolaan organisasi untuk menghadapi perubahan lingkungan, (5) membangun kolaborasi, dan (5) pemanfaatan teknologi.
2.3       KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Dalam tinjauan keilmuan, saat ini masih sulit untuk menentukan siapa, kapan, dan bagaimana ilmu tentang kepemimpinan itu muncul, dalam setiap peradaban yang muncul didunia selalu didahului dengan lahirnya tokoh pemimpin yang membangun peradaban tersebut. Dalam ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan memiliki sebuah sejarah yang bisa dirunut sebagai berikut : Teori Harapan 1957 – Teori Kepemimpinan yang Motivasional 1960an – Teori Kepemimpinan yang Efektif 1970an – Teori Gaya Kepemimpinan Humanistik 1980an – Gaya Kepemimpinan transformasional dan transaksional 1990-sekarang.
Para pengembang teori kepemimpinan mengidentifikasi pendekatan transformasional sebagai pendekatan kepemimpinan abad ke 21. Dalam konteks tersebut kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf; mengkomunikasikan suatu visi dan implementasinya; memberikan kepuasan dalam bekerja; dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien. Kepemimpinan transformasional adalah sebuah sebuah proses yang ada pada para pemimpin dan pengikut untuk saling menaikan motivasi moralitas dan motivasi yang lebih tinggi (Burns 1978).
Kepemimpinan transformasional juga sering diartikan sebagai sebuah proses kepemimpinan dimana para pemimpin menciptakan kesuksesan pada bawahannya dengan menampilkan lima perilaku (visioner, menginspirasi, merangsang bawahan, melatih bawahan, membangun tim secara signifikan lebih dari kebanyakan manajer (Boehenke et al.1999) Bass dan Avolio (1994), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai “The Four I’s”:
·         Perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati sekaligus mempercayai (Pengaruh ideal).
·         Pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan (Motivasi-inspirasi)
·         Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual).
·         Pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir (konsederasi individu).
Kelebihan dari kepemimpinan transformasional :
§  Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit)
§  Komitmen yang timbul pada karyawan bersifat mengikat emosional
§  Mampu memberdayakan potensi karyawan
§  Meningkatkan hubungan interpersonal
Kekurangan dari kepemimpinan transaksional :
§  Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin
§  Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh
§  Membutuhkan pehatian pada detail
§  Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak
Dalam menerapkan suatu model kepemimpinan maka perlu di perhatikan :
·         Tingkat keterampilan dan pengalaman tim anda.
·         Pekerjaan yang dilakukan (rutin atau baru dan kreatif)
·         Lingkungan organisasional (stabil atau berubah radikal, konservatif atau penuh petualangan)
·         Gaya alami pilihan anda.
  
BAB III
PENUTUP
            3.1       KESIMPULAN
Dalam kepemimpinan transformasional, peran seorang pemimpin yang utama adalah sebagai katalis bagi perubahan yang akan dilaksanakan, artinya pemimpin berperan meningkatkan sumber daya manusia yang ada dan berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja yang tinggi bagi anggota, tetapi tidak bertindak sebagai pengawas perubahan, yang lebih penting lagi adalah tuntutan untuk memiliki visi yang kuat.
Tingkat kepercayaan yang rendah merupakan refleksi dari perilaku kepemimpinan yang dipersepsikan oleh anggota dari pemimpin yang kurang memiliki kecakapan dalam menjalankan perannya. Indikasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: (1) perilaku pemimpin yang terlalu mengawasi (over control) dan terlibat sampai hal kecil (micro-manager), (2) perilaku pemimpin yang hanya fokus pada hal-hal yang dapat dikontrol dan jangka pendek (concrete), dan (3) perilaku pemimpin yang sangat berhati-hati, ragu dalam mengambil keputusan, dan tidak menyukai perubahan (risk averse). Perilaku tersebut dianggap sebagai penghambat. Tingkat kepercayaan yang rendah dari perilaku kepemimpinan yang over control menjadikan anggota bekerja kurang leluasa dan tentu saja akan bersifat kontra-produktif serta berdampak pada demotivasi sehingga dapat menurunkan kinerja organisasi.
Kepemimpinan transformasional secara khusus menekankan pada pendekatan secara rasional dan emosional untuk memotivasi anggotanya, dengan harapan dapat menciptakan komitmen dari anggota dibandingkan dengan loyalitas yang hanya didasarkan intensitas. Pemimpin yang transformasional yang efektif akan menunjukkan sifat sebagai berikut: (1) melihat diri sebagai agen perubahan, (2) pengambil resiko yang berhati-hati, (3) memiliki kepercayaan kepada anggota dan peka terhadap kebutuhannya, (4) mampu membimbing, (5) fleksibel dan terbuka terhadap pengalaman, (6) memiliki kemampuan kognitif, disiplin, dan mampu menganalisis masalah secara berhati-hati, dan (7) memiliki visi.
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
a.       Kharisma
Kepemimpinan kharismatik diakui oleh sejumlah ahli menjadi nilai penting bagi kepemimpinan transformasional. Dalam kondisi perubahan lingkungan yang dinamis dengan turbulensi tinggi dan sulit untuk diprediksi (unpredictable), seorang pemimpin harus mampu memberikan sifat-sifat kharismatik dalam mengkomunikasikan visi dan misi organisasi. Kharisma merupakan daya kekuatan memotivasi pengikut dalam menjalankan kegiatan organisasi. Pemimpin yang memiliki kharisma akan lebih mudah mempengaruhi pengikut agar bertindak sesuai dengan yang diharapkan untuk keberhasilan suatu organisasi. Pemimpin kharismatik mampu membangkitkan emosi-emosi yang kuat. Pemimpin diidentifikasi untuk dijadikan panutan oleh pengikut, dipercaya, dihormati, dan memiliki tujuan yang jelas. Memiliki integritas terhadap kesesuaian antara exposed values dan enacted values. Nilai-nilai yang diungkapkan lewat kata-kata.
b.      Inspirasional
Pemimpin yang inspirasional didefinisikan sebagai seorang pemimpin yang mampu mengkomunikasikan suatu visi yang menarik dan berwawasan ke depan. Pemimpin transformasional memotivasi dan menginspirasi dengan jalan mengkomunikasikan harapan dan tantangan kerja secara jelas, serta mengekspresikan tujuan-tujuan penting, dengan membangkitkan antusiasme dan optimisme pada anggota.
c.       Stimulasi Intelektual
Melalui stimulasi intelektual, pemimpin berupaya menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembang inovasi dan kreativitas. Mampu mendorong pengikutnya untuk memunculkan ide-ide baru dan solusi kreatif atas masalah-masalah yang dihadapi.
d.      Perhatian individual
Pemimpin transformasional memberikan perhatian khusus pada kebutuhan setiap individu untuk berprestasi dan berkembang dengan jalan bertindak selaku penasehat. Berinteraksi dan berkomunikasi secara individual dengan anggota. Tugas yang didelegasikan akan dipantau untuk memastikan arahan tambahan dan untuk menilai kemajuan yang dicapai.
            3.2       PENUTUP
Dalam penulisan ini penulis meminta kritik dan saran bagi pembaca terutama pada dosen mata pelajaran, karena di dalam penulisan makalah ini penulis masih merasa banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan. Bak kata pepatah ‘tidak ada gading yang tidak retak’. Oleh karena saran dan kritik sangat diperlukan untuk kemajuan penulis dalam menulis makalah selanjutnya

DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Veithzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada




Tidak ada komentar:

Posting Komentar